ceritaku · pengalaman

Mendongeng itu

Langit hari ini cerah, tidak ada tanda-tanda hujan akan datang mengguyur Magelang. Aku melaju kencang dengan motorku menuju tempat dimana hari itu menjadi pengalaman pertama dalam hidupku. Buat mereka yang pernah melakukannya pasti akan bilang mudah, buatku rasanya campur aduk seperti nasi uduk.

Emangnya aku mau ngapain sih? tenang, cerita masih panjang. Jadi, hari ini adalah pertama kalinya aku memberanikan diri mendongeng untuk kompetisi tingkat Kabupaten mewakili Himpaudi Mertoyudan. Nekat banget ya, padahal peserta kemarin mendapat juara 2. Aku memberanikan diri mengajukan untuk lomba tanpa ditunjuk. Iya, nekad, percaya diri banget untuk tampil padahal biasanya mendongeng hanya di depan anak-anak di kelas.

Kalau tidak berani terus, kapan bisanya dong? kapan dapat pengalamannya dan juga kapan ingin menjadi Bunda yang hebat buat anak-anak kelak? Karena pengalamanku sebagai guru, mendongeng menjadi senjata ampuh untuk mereka mendengarkan pesan-pesan tersembunyi tanpa sebuah perintah/menyuruh kepada anak-anak. Makanya, aku pun ingin menerapkan pada anak kelak, mengajak mereka belajar sambil bermain dengan media apa aja dan salah satunya adalah mendongeng.

Mendongeng, bisa kuterapkan saat menjelang tidur. Mendongeng bisa menjadi amal pula bagiku untuk dibagikan kepada anak-anak lain yang tidak hanya ada di sekolah. Duh, PR ini kapan bisa punya TPA. πŸ˜€ Semua bisa dimulai asal aku mau berusaha untuk mewujudkannya, bukan hanya sekedar harapan. Mendapat nomor urutan 11. Baiklah, menanti untuk dipanggil. Awalnya aku biasa saja. Semakin dekat nomor urutan, berdegup kencang hingga kulantunkan doa supaya rasa itu lenyap. Memang bisa lenyap, tapi saat selesai tampil, ternyata badanku jadi dingin. πŸ˜€ duh, pengen ketawa. Bercerita di depan anak aku berani, di depan tiga dewan juri, ada rasa yang berbeda. Padahal kepada dua juri aku pun mengenalnya.

Bagaimana hasilnya? senang banget, sebelum pengumuman ada tips bagaimana caranya mendongeng kepada anak-anak usia dini. Semakin bertambahlah ilmu yang kudapatkan. Juri ini adalah Pendongeng yang sudah tidak diragukan lagi pengalamannya. Kak Damar namanya, setiap guru Paud tentu mengenalnya. Ia pun mengatakan bahwa kisah legenda dari Timun Mas bukanlah cocok untuk dikonsumsi anak-anak. Kenapa? Siapa di dalam cerita itu yang ingkar janji? dan juga, apa doa dari seorang janda itu? anak, bukan? Bagaimana bisa punya anak, bila suami belum ada lagi. hehehe …

Cerita selanjutnya juga untuk kisah Jaka Tarub. Lucu sekali sebenarnya, bagaimana bisa anak-anak diberi kisah mengintip orang sedang mandi. Duh du du du … Sebelum aku mendapat penjabaran kisah ini, aku sudah terlebih dahulu tahu dari Guru penulisku di Komunitas Rumpun Bambu. Untuk mendapatkan ilmu baru, kita memang harus belajar dan berbaur dengan orang-orang yang sinergi pada tujuan kita. Ingin jadi penulis, bertemannya pada orang-orang yang menyukai dunia tulis-menulis.

Mbak Ima, belum dilanjut tuh hasil dari lomba. Menang tidak? Emmm … alhamdulillah aku juara. Juara berani maju untuk tampil selain kepada anak-anak. hehehe … Mengubah mental pemalu pada diriku di depan orang banyak menjadi berani tanpa takut salah. Dalam hatiku kukatakan, ini lomba buat nambah ilmu. Jadi hasilnya sudah sesuai dengan usahaku. Aku masih harus mengasah lagi kemampuan dalam mendongeng.

Nah, gimana teman-teman. Apakah kamu berani mendongeng? sekarang aku berani. Mendongeng itu menyenangkan ternyata, terlebih lagi bila dongeng yang kita bawakan berisi edukasi dan juga kisah-kisah teladan. Tentu akan ditiru oleh anak-anak tanpa khawatir karena isinya pesan-pesan kebaikan di dalam cerita.

Semangat mendongeng, ya… Jangan menyerah dan jangan takut gagal. Gagal, bangkit lagi dong. Ada Allah, kan? Pasti dibantu sama Allah. Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa like dan komen bila menyukai cerita pengalaman saya hari ini.

 

 

Tinggalkan komentar